KawulosejatiSejatiningkawulo

Aku adalah dia, dia adalah aku

"hidup bukan pilihan melainkan ketetapan yang harus dijalani, hidup bukan pula pertanyaan melainkan jawaban yang harus ditindaki" ( Winarno Hadi Saputro, 2007 )

Tentang Kawulo

“aku datang dari balik kabut hitam, aku mengarungi samudera darah, akulah pangeran kegelapan. Kan ku remas matahari di telapak tanganku. Kan ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah dengan KIDUNG PAMUNGKAS. kan ku buat dunia berwarna merah."

Perempuan di bawah Gerhana

Perempuan di bawah Gerhana

Perempuan itu tersayat-sayat hampir sekarat, tubuh rebah terlentang nyaris telanjang. Sementara seorang Pria duduk tetegun pilu di sisinya. Ratap pria itu meluap seiring bayangan bulan yang semakin tertutup jagad, sang pria hanya menggelengkan kepala belum percaya dengan apa yang telah ia perbuat terhadap teman sepermainannya semenjak kecil itu. Ia belum yakin dengan kenyataan yang dihadapinya. Hanya suara-suara entah mengintai yang bisa didengar.

Pria
apa yang telah aku lakukan?"

Perempuan
“kenapa kau berbuat ini kepadaku?” ( suara terbata, tertatih lirih ).

Suara
semua telah buyar, lihatlah tubuhnya yang tergolek tak berdaya! bajunya koyak moyak hampir telanjang, engkau telah merebut keperawanannya dan menebar benih tanpa ia mau. Kau melukai orang yang kau kasihi, kau melenguh nikmat menindih tubuhnya yang tak kuasa.”

Pria
aku tak bermaksud melakukanya, tiba-tiba saja sesuatu memburuku untuk berbuat itu.”

Suara
hanya karena bisikan-bisikan hampa engkau mempercayainya? semuanya telah terbutakan! waktu akan merenggut dengan bengis kisah hidup yang telah terukir, moksalah apa yang telah kau citakan semenjak lama.”

Pria
lama aku mengenalnya, aku hanya ingin dia tahu betapa berartinya dia bagiku.”

Suara
”sadarkah kau! Ketika ingin mencoba memberi arti kasihmu padanya dengan cara seperti ini justru bisa menjadi pedang yang akan terus mengikutimu dan siap memenggalmu kapan saja.”

Pria
dibalik raut wajahmu nan elok itu, kau laksana mawar berduri, indah tetapi mempunyai duri yang bisa menyakitkan. Meski Aku tahu bahwa duri-duri itu tumbuh begitu saja tanpa kau minta, kedekatan yang kurasa justru menjadi sekat untuk merajut benang kasih diantara kita.”

Suara
“Apa guna kau bisiki orang yang sudah mati? sekali terperosok dalam nista,usaha kan muspra, kepedihan yang bergolak dalam hati tak akan pernah berhenti memotong rencana esokmu yang cemerlang.”

Pria
kalau semua daya usaha tak lagi berguna untuk apa mengurusi dunia yang renta dan mustahil untuk disembuhkan, bukankah tak ada lagi masa depan yang menyambut hangat bagi manusia?”

Suara
daya upaya akan gantikan pesakitan didunia, pagikan hilang petangpun membayang dan akan menjadi cerita lama lahan kesadaran akan datang terlambat mewariskan cerita pedih yang tak mudah terlupa.”

Pria
apa yang harus aku perbuat? derita ini semakin menggebu di jiwa, kesenangan sesaat yang kurasa telah berubah menjadi siksa.”

Suara
perasan tersiksamu barulah secuil daripadanya, kau harus menyudahi polahmu!”

Pria
kenapa tiba-tiba ada yang aneh dalam sosok ini, tiap aku melakukan sesuatu dingin dan tenang namun kali ini aroma kecemasan dan kegundahan menghantui, bau anyir berhembus, mautpun serasa begitu dekat. Semua memang harus disudahi dan aku tidak akan jadi pengecut karena untuk menjadi pemberani memang sebuah harga yang tak ternilai untuk dibayar, aku harus mengakhiri siksan ini. Yah...aku tak punya pilihan lain karena satu satunya hal yang bisa dipilih di dunia ini adalah membunuh diri sendiri.”

Pria meraih belati lalu menghujamkan tepat dijantungnya. Darah mengucur, tubuh tersungkur, nafas terhambur bersamaan dengan kalimat terakhir yang ia sematkan di telinga sang perempuan.

Pria
“karena cintaku padamu aku lakukan ini.” *

Perempuan tersentak, ia tak ingin sang pria mati begitu mudah. Namun apa kuasa tubuh perempuan itu bergolek tak berdaya, bisa merasa, bisa mendengar, bisa melihat tapi tak bisa berbuat apa-apa hanya kepedihan yang ia rasakan semakin menyayat disela suara suara senyap di bawah gerhana malam.






Dasan, Korea Selatan. 12 Maret 2011

0 komentar:

Posting Komentar