KawulosejatiSejatiningkawulo

Aku adalah dia, dia adalah aku

"hidup bukan pilihan melainkan ketetapan yang harus dijalani, hidup bukan pula pertanyaan melainkan jawaban yang harus ditindaki" ( Winarno Hadi Saputro, 2007 )

Tentang Kawulo

“aku datang dari balik kabut hitam, aku mengarungi samudera darah, akulah pangeran kegelapan. Kan ku remas matahari di telapak tanganku. Kan ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah dengan KIDUNG PAMUNGKAS. kan ku buat dunia berwarna merah."

Si Kancil Tak Lagi “nyolong” Timun

Si Kancil Tak Lagi “nyolong” Timun
(cerita Dongeng)

Pada suatu hari di hutan rimba belantara, hiduplah seekor binatang yang cerdik. Namanya Kancil, Si Kancil sedang berkumpul dengan teman-temanya, ada Rusa, ada Kelinci, ada Monyet, ada Jerapah dan yang lainnya. Lalu datanglah Gajah dengan nafas terengah-engah.
“ada apa jah?” tanya kancil.
“iya ada apa jah?” teman-teman Kancil yang lain ikut menyahut.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Teng… teng.. teng…! “anak anak ayo masuk kelas!” Bu guru Parti menyuruh murid-murid TK (Taman kanak-kanak) untuk masuk kelas. “He…! Masuk he…!” Teriak Wati kepada teman-temanya, Budi menangis di jalanan depan sekolah merengek kepada orang tuanya yang mengantar. “tidak mau..! Aku tidak mau masuk.” Hari pertama masuk sekolah TK PERTIWI. Ada yang menangis, ada yang tertawa gembira, ada yang masih ingin ditemani orang tuanya dan ada pula yang masih ngompol.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“peduli apa dengan Cicak, peduli apa dengan Buaya, peduli apa dengan Cicak yang melawan Buaya, peduli apa dengan Buaya yang akan memangsa Cicak, toh kedua-duanya tidak akan mengasi kita apa-apa! Mereka sudah berbeda dengan kita.”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“katanya cerita Kancil, kok malah beginian sih! Mana Dongengnya?”
“Dongeng?“ mengrenyitkan dahi.
“ah hampir aja aku lupa!”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“jangan mau dibodohi oleh Cicak! Jangan mau dipecundangi oleh Buaya. Peduli apa dengan mereka!”
“Cicak? Buaya?”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Budi, ayo ikut masuk! Tidak apa-apa kok, tu lihat banyak teman-teman kan?” Bu guru Parti memegang tangan Budi lalu menuntunnya masuk kelas, sedangkan Budi masih menengok ibunya yang mengantar. Murid-murid TK sudah duduk di kursi masing-masing.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“eh teman-teman dan kamu cil! Kalian masih ingat nggak kebun timun milik Pak petani di bawah sana? Tanya Gajah
Jerapah menjawab. “kebun yang subur hijau itu ya?”
Kancil. “emang kenapa jah?”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“apakah Cicak yang menjijikan pantas didukung, apakah Buaya yang memuakan pantas diberi semangat?! Peduli apa dengan mereka? seenaknya aja! Mereka kira, mereka hidup sendiri di dunia ini, cuh…!”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“kok malah memaki-maki, mana Dongengnya?” Dongeng ditunggu-tunggu.
“ bikin cerita sendiri aja!”

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Belum sempat Gajah menjawab, lalu datang pula Siput, Anjing, Keledai dan Kerbau. “lho… kamu kan Siput yang mengalahkanku dalam perlombaan lari itu kan? Dan kamu Anjing Pak tani yang pernah aku tipu menggantikanku dikurung di rumah Pak tani, kalau Keledai ini si pembawa garam sedangkan kau Kerbau yang selalu dihina bodoh itu?”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“selamat pagi anak-anak!”
“selamat pagi Bu guru!”
“baiklah kita berdoa dulu ya!”
“iya Bu guru.”
“tangan diatas meja, kepala menunduk, berdoa di mulai!”
“selesai.”
“Ibu guru absen dulu ya? Yang namanya Bu guru panggil tunjukan jari tangan ke atas!”
“Amat, Ani, Budi, …, Ria, Tono, Wati, …, Dongeng! Mana yang namanya Dongeng? Dongeng?!”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Buaya adalah binatang yang angkuh, tamak, rakus tetapi otaknya cuma kosong nyatanya mudah diperdayai hanya oleh seekor Kancil yang mau dimakannya sedangkan Cicak, binatang yang suka mengendap-endap, menjilat, menguping ditembok, sekali terpeleset jatuh ia dianggap biang bencana. Mereka tidak mau belajar dari si Kancil yang cerdik dan bijaksana.”

“ apa hebatnya dengan si Kancil? Kancil pun pernah dikalahkan Siput dalam sebuah perlombaan lari, karena kesombonganyalah yang membuat ia bermalas-malasan dan akhirnya ketiduran di depan garis finish.”

“teman-teman janganlah kita ribut untuk memilih yang akan menjadi panutan kita, jangan sampai kayak Buaya dan Cicak dengan cerita rekaan-rekaan untuk menggantikan kedudukan si Kancil. Bagaimana kalau kita mencari si Kancil saja?” tanya Siput.
“Kancil lagi, tidakkah dia sudah tak terdengar lagi.” sahut Anjing.
“tapi paling tidak Kancil pernah termahsur di negeri cerita, namanya selalu disebut tak kala bocah-bocah menjelang tidur”
“ bagaimana menurutmu, kau kerbau dan keledai?”
tambah Siput
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


“Ini mau cerita apa? sekarang kita selalau meributkan cerita untuk si Dongeng. Cerita sinetron, kriminalitas, brutal, demonstrasi.”
“kau sendiri tak pernah bercerita untuk Dongeng, bahkan tadi pagi masuk TK pertama si Dongeng, kaupun melepaskanya begitu saja! Tak sadar kalau dia tidak masuk kelas, untung Bu guru Parti mengantarnya pulang. Sekarang mana Dongengnya?”


“Dongeng…! Dongeng…!”
“Dongeng tidak ada?”
“jangan… jangan… dia?”
“Dongeng…!”
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“kalian semua mendatangiku! Gajah, kau belum bercerita kepadaku dan kalian Siput, Anjing, Keledai, Kerbau kalian juga mau bercerita apa mendatangiku?”

“benar cil aku ingin bercerita, kalau kebun-kebun dan ladang Pak tani di bawah sana sudah tidak ditanami timun lagi sekarang sudah diganti dengan tumbuhan yang dinamakan globalisasi dan modernisasi?” cerita gajah.
Siput menyahut, “kalau kami ingin mengadukan tentang Buaya dan Cicak yang sekarang melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang seharusnya tidak mereka kuasai.” Kancil diam saja.
“lho… kamu ngak marah cil?”
“kenapa harus marah?


Teman-teman kancil yang lain, Jerapah, Rusa, Kelinci, Monyet. “iya, sebenarnya maksud kami semua mendatangimu juga punya cerita yang sama dengan si Gajah dan rombongan Siput, tentang arena kita yang semakin terdesak.” Kancil terdiam lagi.

“kok kamu diam lagi cil? Biasanya kamukan punya cerita pemikiran-pemikiran yang cerdik dan bijaksana, kau selalu mengalahkan lawan-lawan yang ingin memakan kami dengan pemikiranmu itu.”
“aku sudah tak punya cerita lagi, biarkanlah aku tenggelam.”


“tapi cil, sudah tidak akan ada lagi cerita Kancil mencuri timun, Kancil dan si Siput, Kancil dan Buaya, Kancil dan yang lainnya itu”
“sudahlah teman-teman sekarang aku telah dikalahkan oleh jaman.”
“tidak cil, kami mengharapkanmu! Cerita kami masih bersahutan denganmu.”
“teman-teman! Aku akan bercerita bilamana ada yang menghendakiku saja.”


“eh…, Kamu yang bernama si Kancil itu kan?”datang seorang anak yang mendatangi Kancil
“iya, kamu siapa kenapa datang kemari?”
“namaku Dongeng. Kata Bu guru waktu mengantarkan aku pulang ke rumah tadi, katanya dulu Bu guru sering cerita tentang si Kancil. Aku kesini ingin mendengar cerita tentangmu Kancil.” “kamu disini sendirian, nanti orang tuamu mencari Dongeng, kamu pulang aja ya?”
“tidak... tidak mau! Aku mau pulang kalau kamu sudah bercerita.”


Kancil memandangi teman-temanya, teman-teman Kancil membalas pandangannya tanda setuju.
“baiklah Dongeng, aku akan bercerita.”
“pada suatu hari di sebuah kota yang besar terdapatlah seorang anak yang yang rajin, anak itu bernama Kisah, si Kisah….”
Kancil mulai bercerita.




Dasan, Korea Selatan. 22 November 2009.

0 komentar:

Posting Komentar