KawulosejatiSejatiningkawulo

Aku adalah dia, dia adalah aku

"hidup bukan pilihan melainkan ketetapan yang harus dijalani, hidup bukan pula pertanyaan melainkan jawaban yang harus ditindaki" ( Winarno Hadi Saputro, 2007 )

Tentang Kawulo

“aku datang dari balik kabut hitam, aku mengarungi samudera darah, akulah pangeran kegelapan. Kan ku remas matahari di telapak tanganku. Kan ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah dengan KIDUNG PAMUNGKAS. kan ku buat dunia berwarna merah."

Suatu Waktu di Hari Minggu

Suatu Waktu di Hari Minggu


(Rapat Bersama KBRI Korea Selatan)
Siang itu memang tidak sedingin dua hari sebelumnya ketika suhu udara berada di angka 1°C, saat-saat pergantian musim di Korea Selatan suhu udara memang tidak menentu terlebih pada peralihan musim gugur ke musim dingin seperti sekarang ini. Musim gugur yang jatuh pada bulan September sampai bulan November dengan kisaran suhu 10°C sampai dengam 25°C tiba-tiba bisa turun drastis menjadi suhu minus bahkan pada puncak musim dingin pada bulan Desember sampai bulan Februari suhu udara bisa mencapai minus 10°C. Pepohonan mulai berubah warna menjadi merah dan kering, orang-orang mulai memakai pakain tebal dan menyiapkan pemanas ruangan. Di dalam rumah meski musim dingin tetap akan terasa hangat karena rumah orang korea dilengkapi dengan ondol yaitu sistem pemanas khas Korea yang dipasang di bawah lantai bersama dengan lantai kayu.

Tiap libur hari minggu saya mencoba menyempatkan diri datang ke pusat pelayanan orang asing DFC ( Daegu Foreigner Centre ), sekitar satu jam perjalanan dari kota Busan dengan naik kereta. DFC merupakan instansi pelayanan jasa konsultasi bagi pekerja asing yang ada di kota Daegu dan sekitarnya, melayani pengobatan gratis, telpon interlokal dan internet gratis, kursus bahasa korea dan komputer juga secara gratis. Di DFC saya banyak berkenalan dengan para pekerja dari berbagai negara seperti China, Vietnam, Philipina, Srilangka,
Pakistan dan para pekerja lain dari kawasan Asia, terkadang sayapun bertemu dengan rekan pekerja dari daerah asal yang sama Solo Jawa tengah. Atas undangan staf DFC saya memang harus datang agak awal karena akan ada rapat bersama KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) juga HRD (Human Resources Development) Korea Selatan yang akan membahas tentang kerjasama pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam meminimalisasi jumlah tenaga kerja ilegal di Korea Selatan.

Acara dimulai oleh Mr Choi seng chan dari divisi pekerja asing Korea Selatan yang menyampaikan himbauan dari Pemerintah Korea Selatan kepada tenaga kerja Indonesia yang sudah habis masa ijin tinggalnya agar segera meninggalkan negara Korea dengan suka rela. Saat ini ada sekitar 1 juta 400 ribu tenaga kerja asing yang bekerja di Korea Selatan sedangkan jumlah tenaga kerja Indonesia sebanyak 38.000 orang, 5.147 orang dari tenaga kerja Indonesia tersebut adalah pekerja ilegal. Jumlah pekerja ilegal Indonesia berada diurutan ke-5 setelah Vietnam kemudian Thailand , China dan Philipina.
Mr joyong dung dari divisi urusan perijinan juga menghimbau kepada para tenaga kerja Indonesia untuk melakukan perencanaan keuangan dengan baik sehingga dapat memanfaatkan hasil yang telah di dapat di Korea untuk dikembangkan di negaranya sendiri. Dewasa ini kerjasama Korea Selatan Indonesia begitu intens dan luas terlebih dalam bidang perdangangan dan industri. Korea Selatan tercatat sebagai Investor terbesar kedua di Indonesia setelah Jepang, sebanyak 1.300 perusahaan investasi Korea yang beroperasi dengan 35.000 Orang korea. Dengan demikian para Tenaga kerja Indonesia yang telah pulang ke tanah air juga dapat bekerja di perusahaan Korea yang berada di Indonesia tersebut.
Sedangkan Dari konsuler KBRI Korea Selatan Ibu Dwi rachmawati menyampaikan perlunya pengendalian diri bagi WNI (Warga Negara Indonesia) dan Juga perlunya menjaga nama Negara sehingga kedepan akan mempermudah peningkatan kerjasama diberbagai bidang, karena tenaga kerja Indonesia yang berada di Korea Selatan sudah terkenal akan daya tangkapnya dalam penguasan pekerjaan dengan cepat.

Acara tersebut berakhir pada pukul 4 sore waktu setempat dan ternyata perut sayapun sudah mulai keroncongan. Hari itu saya memutuskan akan mencoba makanan Indonesia di Negri Gingseng. Setelah naik bus kota selama 15 menit akhirnya saya sampai di pusat kota Daegu dan langsung menuju ke Asia mart, salah satu dari dua warung Indonesia yang ada di kota Daegu. Pada hari minggu dan hari libur warung-warung Indonesia memang sangat ramai oleh warga negara Indonesia yang ingin makan masakan Indonesia, belanja ataupun sekedar berkumpul. Sudah ada seorang teman yang menunggu saya disana, ia berasal dari Mojosongo Solo, Jawa tengah, Ia bekerja di pabrik peleburan baja dan baru dua bulan di Korea itulah sebabnya ia datang untuk makan di Asia mart karena masih belum terbiasa dengan makanan Korea yang serba asam. Ia memesan sambel goreng ati, sayapun juga ingin mencoba sambel goreng ati ala Korea, setelah beberapa saat sang pemilik warung asal Semarang, Jawa tengah yang bersuamikan orang korea itu menghidangkan pesanan kami. Ternyata rasa sambel goreng ati yang kami nikmati sama persis dengan rasa sambel goreng ati yang ada di Indonesia ataupun sambel goreng ati yang dulu sering saya nikmati di jalan Surya belakang kampus UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta) semasa kuliah dulu. Dengan harga 9.000 won (sekitar 65. 000 rupiah) per porsi ditambah es kelapa sudah dapat mengobati kerinduan kami akan masakan Indonesia yang kaya akan cita rasa. Setelah menghabiskan makanan dan haripun semakin malam kami memutuskan untuk kembali ke tempat kerja kami masing-masing. dan hari Minggu saya pada waktu itu pun berakhir sampai disitu.

0 komentar:

Posting Komentar